Jumat, 19 Oktober 2007

HISTORY OF IKEBANA


It is difficult to establish what was the true origin of ikebana. It is generally said ikebana came to Japan as part of Buddhist practice. There is an alternative view?Ffrom pre-Buddhist times Japanese have used evergreen trees and flowers to call down the gods and it has been claimed that this practice is at the heart of secular ikebana.Whatever the truth of these theories, Japan's deep communion with nature in the form of flowers, wild plant and trees is evident even in the earliest of Japanese writings.
Ikebana, as we would recognize it, first appeared in the Muromachi Period(from the late fourteenth century to the mid sixteen century).It was during this period that much of "traditional" Japanese art and its canon of beauty was established. The shoin style of residential architecture, the tea ceremony, ikebana, noh, renga and garden design all have their beginnings in the Muromachi period. This was not, however, a spontaneous flowering of popular culture. The daimyo and shoguns feudal lords and generals gave the groups of artists, called doboshu, responsibility for aesthetics and techniques.Some doboshu concentrated on flower arrangement. They produced a style, tatebana, based on a standing branch in the center of the vase.From this point masters of flower arrangement appeared one after the other. Ikenobo Senko, a monk in the Rokkakudo in Kyoto remains the most influential. His style of tatebana, developed and taught by Ikenobo Senei and Ikenobu Senou, spread through the samurai class and aristocracy, side by side with a an increasingly austere way of tea ceremony. From the Azuchi Momoyama period through the Edo era, ikebana was a living art form and changed with the times in both major kinds of major and minor ways.In the late eighteenth century, for example, when people began cultivating western plants, Oshawa Usin popularized a style, moribana that was used for the new western flowers in ikebana arrangement.
In the Edo period, ikebana also underwent one of its most serious shifts. The Ikenobo style of tatebana, influenced by Senno Rikkyu's chabanna (simplified flower arrangements for tea rooms) jumped from samurai to townsman culture and changed its name to Rikka. Eventually, as Rikka's creative impulse faded its geometric effect was lost in decorative complications and a new highly symbolic style Seika (or Shoka) appeared. Seika was based a triangular framework, ten-chi-jin, jo-ha-kyu or sin-gyo-ku; all different ways of saying heaven-earth-man. Many new schools opened to teach the Seika style and the iemoto system began.
With Meiji era modernization ikebana went into eclipse. The Meiji government, however, had early committed itself to educating women and later decided that this could just as well be defined as training women to be "good wives and wise mothers". The government literally decreed that, as part of this character formation, Ikebana, once a male art form, was from now on to be a standard part of women's education. This decision established the basis for the revival of ikebana and also, in one generation, passed its practice from men's into women's hands Women were, though, forbidden almost by law to innovate in any major way.

SEJARAH IKEBANA

APA ITU IKEBANA?
Ikebana adalah seni merangkai bunga ala Jepang. Merangkai bunga Ikebana tidak hanya sekedar dan semudah menempatkan bunga2 kedalam Vas (container), akan tetapi merupakan bentuk disiplin seni dimana merupakan rangkaian yang hidup yang menyatu antara kejiwaan manusia dengan alam sekitarnya, dengan kata lain Ikebana adalah sebuah philosofi untuk lebih mendekat dengan alam.
Ikebana juga adalah sebuah ekspresi yang kreatif dalam bingkai aturan untuk membuat rangkaiannya. Materi yang digunakan antara lain ; ranting-ranting, daun-daun, bermacam-macam bunga dan rerumputan yang dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah kombinasi warna, bentuk alamiah, dan lain-lain.

SEJARAH IKEBANA
Ikebana sebagai salah satu seni tradisional di Jepang sudah dikenal lebih dari 600 tahun yang lalu. Bermula sebagai acara ritual dari agama Budha dalam rangka memberikan persembahan bunga kepada arwah leluhur.
Sejak sekitar pertengahan abad ke-15, Ikebana berubah statusnya dari yang sebelumnya sebagai symbol keagamaan menjadi bentuk seni yang bebas. Yang kemudian lambat laun sejalan dengan perjalanan waktu, tumbuh sekolah-sekolah Ikebana, terjadi perubahan stile dan menjadi lebih sederhana untuk semua lapisan masyarakat Jepang.

SIAPA SAJA PERANGKAI IKEBANA ?
Memang sebagian besar para perangkai Ikebana adalah dari kaum perempuan, tetapi ada juga dari kaum lelaki yang suka merangkai Ikebana, bahkan ada beberapa perangkai Ikebana laki-laki yang handal.
Ikebana selain sebuah seni, sekarang juga sudah menjadi pekerjaan atau mata pencarian bagi kaum perempuan dan laki-laki.

SULITKAH MERANGKAI IKEBANA ?
Ikebana adalah sepenuhnya sebuah seni yang tidak mudah, tetapi bukan berarti sebuah rahasia yang sulit untuk dipelajari.
Kreatifitas yang tinggi dilapangan adalah tepat dan kunci keberhasilan para ahli yang terampil. Dengan waktu yang relatif sedikit masih memungkinkan siapa saja membuat rangkaian Ikebana yang indah. Akan tetapi untuk menuju pada rangkaian bebas membutuhkan pengetahuan dan tehnik yang biasanya hanya dimiliki oleh seorang Master.

MACAM-MACAM ALIRAN IKEBANA.
Ada banyak aliran Ikebana di Jepang diantaranya yang dikenal adalah ; Chiko, Ichiyo, Ikenobo, Koryu, Kozan, Mishoryu, Ohara, Ryusei-Ha, Saga Goryu, Shinpa Seizan, Shofu Kadokai, Sogetsu, dll.
Saat ini yang ada di Indonesia serta resmi dan terdaftar pada The Japan Foundation, Jakarta ada 7(tujuh) Aliran yaitu ; Ichiyo, Ikenobo, Koryu, Mishoryu, Ohara, Sogetsu dan Shofu Kadokai.